Sebuah insiden mengejutkan terjadi di salah satu taman hiburan ternama di Jawa Timur, ketika seorang remaja laki-laki terlempar dari wahana ekstrem 360 derajat. Kejadian ini tak hanya menggemparkan pengunjung yang berada di lokasi, tetapi juga menyita perhatian publik secara luas, menyisakan pertanyaan besar mengenai standar keselamatan di tempat-tempat rekreasi.
Insiden tersebut menimpa seorang pelajar berusia 14 tahun berinisial RDP. Ia datang ke taman hiburan tersebut bersama kakaknya, guru les, serta teman kakaknya dalam rangka mengisi waktu libur. Tak ada yang menyangka, kunjungan yang semula ditujukan untuk bersenang-senang itu berubah menjadi pengalaman traumatis yang nyaris merenggut nyawanya.
Kronologi Kejadian
Menurut keterangan yang beredar, peristiwa terjadi pada Selasa sore, sekitar pukul 16.00 WIB. Setelah hujan reda, rombongan RDP memutuskan untuk mencoba wahana 360°—sebuah atraksi populer yang menawarkan sensasi berputar dan terbalik dalam ayunan besar. Seperti prosedur standar, pengaman dada yang berfungsi menahan tubuh pengunjung dalam posisi duduk dipasang oleh operator menggunakan sistem berbasis tekanan udara.
Wahana kemudian mulai beroperasi dengan normal. RDP dan pengunjung lain tampak menikmati sensasi yang ditawarkan, hingga tiba di putaran keempat atau kelima. Saat itulah, kejadian yang tidak terduga terjadi: pengaman dada milik RDP tiba-tiba terlepas. Tubuh remaja tersebut tampak terombang-ambing dalam posisi terbalik di udara.
Saksi mata menyebutkan bahwa RDP sempat bertahan dengan berpegangan pada sabuk di bagian bawah kursi, namun tidak berlangsung lama. Dalam hitungan detik, ia terlepas dan jatuh dari ketinggian, mengakibatkan kepanikan luar biasa di area sekitar wahana. Teriakan histeris terdengar dari para pengunjung, sementara operator segera menghentikan jalannya wahana dan meminta bantuan medis.
Penanganan Korban
Tim medis taman hiburan langsung melakukan tindakan cepat. RDP dievakuasi dalam kondisi sadar, meskipun mengalami cedera serius. Penanganan awal dilakukan di klinik dalam kompleks taman hiburan tersebut, sebelum kemudian dirujuk ke rumah sakit di Kota Batu. Namun, atas permintaan keluarga, korban akhirnya dipindahkan ke rumah sakit lain di Kota Malang untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Hasil pemeriksaan menyatakan bahwa RDP mengalami patah dua tulang pada betis kanan, serta patah pada jari tengah dan jari manis tangan kanan. Prosedur operasi dijalankan pada hari berikutnya untuk menstabilkan kondisi tulang yang rusak. Meski dinyatakan stabil pascaoperasi, proses pemulihan yang dibutuhkan tidaklah singkat.
Menurut tim dokter, tangan korban diperkirakan dapat dilepas dari gips dalam waktu dua minggu, dengan estimasi pemulihan total selama dua bulan. Sementara itu, bagian kaki akan melalui dua tahapan penggantian gips selama enam minggu ke depan sebelum dapat berfungsi seperti semula.
Tindakan Penyelidikan
Insiden ini segera ditindaklanjuti oleh pihak berwajib. Unit Reserse Kriminal dari kepolisian setempat telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan memeriksa setidaknya enam saksi, termasuk operator wahana, pengunjung, serta staf keamanan.
Proses investigasi bertujuan untuk menentukan penyebab pasti terlepasnya pengaman dan mengevaluasi kemungkinan adanya kelalaian teknis maupun prosedural. Hingga saat ini, wahana 360° telah dihentikan operasionalnya sementara waktu, sebagai bagian dari upaya pengamanan serta investigasi lebih lanjut.
Pihak kepolisian juga melakukan koordinasi dengan instansi terkait, termasuk dinas pariwisata dan lembaga pengawasan keselamatan publik, guna memastikan bahwa seluruh wahana permainan di wilayah tersebut memenuhi standar keamanan yang berlaku.
Catatan Mengenai Wahana 360 Derajat
Wahana 360 derajat dikenal luas sebagai salah satu atraksi yang paling diminati di berbagai taman hiburan karena menawarkan pengalaman ekstrem dan memacu adrenalin. Kursi berbentuk setengah lingkaran diputar hingga berada dalam posisi terbalik, lalu diayun bolak-balik dengan kecepatan tinggi. Sensasi “melayang” di udara dan berguling 360 derajat menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung, terutama anak muda.
Namun, dengan tingkat risiko yang tinggi tersebut, sistem pengamanan wahana seperti ini seharusnya dirancang dan dipelihara dengan standar yang sangat ketat. Penggunaan sistem hidrolik atau angin bertekanan untuk mengunci pengaman dada tentu harus melalui pengujian rutin dan pengawasan berkala.
Kegagalan dalam sistem pengamanan, sekecil apapun itu, dapat berujung pada konsekuensi yang sangat serius—seperti yang dialami oleh RDP.
Reaksi Publik dan Seruan Evaluasi
Kejadian ini dengan cepat menyebar ke berbagai platform media sosial. Video amatir yang menangkap detik-detik insiden menjadi viral dan memicu gelombang simpati sekaligus kemarahan dari masyarakat luas. Warganet mempertanyakan apakah prosedur pengecekan keselamatan telah dijalankan sebagaimana mestinya, ataukah ada kelalaian yang menyebabkan kecelakaan tragis tersebut.
Banyak pihak mendesak agar seluruh wahana serupa di Indonesia diperiksa ulang, dan pengelola taman hiburan diminta untuk melakukan audit internal terhadap prosedur keselamatan yang berlaku.
Pakar keselamatan transportasi hiburan menyatakan bahwa selain inspeksi rutin, pelatihan operator wahana juga menjadi faktor krusial dalam menjamin keamanan pengunjung. Operator harus mampu mengenali tanda-tanda kerusakan teknis sejak awal, serta siap bertindak dalam situasi darurat secara cepat dan tepat.
Penutup: Mengedepankan Keselamatan di Atas Segalanya
Insiden yang menimpa RDP menjadi pengingat bagi kita semua bahwa keselamatan harus menjadi prioritas mutlak, terutama dalam sektor hiburan publik. Kecerobohan atau kelalaian sekecil apapun dalam pengelolaan wahana permainan bisa berujung pada tragedi besar, yang tak hanya merugikan individu, tetapi juga mencoreng reputasi tempat rekreasi secara keseluruhan.
Kejadian ini seharusnya menjadi momentum bagi seluruh pelaku industri hiburan untuk melakukan introspeksi dan memperkuat sistem keselamatan mereka. Audit berkala, pelatihan ulang bagi petugas, serta keseriusan dalam menangani keluhan teknis harus dijadikan standar operasional minimum.
RDP mungkin beruntung masih bisa selamat dan menjalani masa pemulihan. Namun, tidak semua korban dalam kasus serupa seberuntung itu. Maka dari itu, langkah pencegahan jauh lebih bernilai daripada penyesalan di kemudian hari.