Tragedi di Malam Tenang
Awal September 2025 seharusnya menjadi malam biasa bagi pasangan suami istri asal Indonesia yang tinggal di ibu kota Peru, Lima. Namun, kedamaian itu pecah menjadi tragedi. Zetro Leonardo Purba, seorang staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Lima, tewas ditembak orang tak dikenal saat sedang bersepeda pulang bersama istrinya. Insiden itu terjadi di kawasan Lince, sebuah distrik yang cukup ramai di kota tersebut.
Peristiwa ini sontak menggemparkan tidak hanya masyarakat Peru, tapi juga Indonesia. Bagaimana bisa seorang staf diplomatik menjadi target penyerangan brutal di jalanan yang seharusnya aman? Pertanyaan itu kini masih menggantung, menanti jawaban dari pihak berwenang yang sedang melakukan investigasi.
Kronologi Lengkap Penembakan
Menurut informasi yang beredar, Zetro pulang dari aktivitas olahraga ringan pada Senin malam. Bersama sang istri, ia mengayuh sepeda menuju apartemen mereka. Saat sudah mendekati rumah, tiba-tiba seorang pria tak dikenal mendekat dan menembakkan senjata api ke arah Zetro.
Tiga tembakan dilaporkan mengenai tubuh korban. Sang istri selamat dari serangan itu, meski tentu mengalami trauma mendalam. Warga sekitar segera mengevakuasi korban ke klinik terdekat, namun nyawa Zetro tidak tertolong.
Yang membuat publik semakin terkejut adalah fakta bahwa pelaku tidak mengambil barang berharga korban. Sepeda, dompet, maupun ponsel tetap utuh. Hal inilah yang menimbulkan dugaan bahwa penembakan tersebut bukanlah perampokan, melainkan serangan yang direncanakan.
Misteri Motif Penembakan
Hingga kini, motif penembakan masih menjadi tanda tanya besar. Polisi Peru bersama otoritas keamanan sedang menyelidiki kemungkinan adanya pembunuhan kontrak. Kesimpulan sementara ini muncul karena cara pelaku mengeksekusi korban dinilai terlalu cepat, tepat sasaran, dan tidak diikuti upaya pencurian.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri menegaskan akan terus berkoordinasi dengan pihak keamanan Peru untuk mengusut kasus ini. Di saat bersamaan, pemerintah juga memastikan dukungan penuh kepada keluarga korban.
Banyak pihak menilai bahwa kasus ini menjadi alarm keras terkait isu keamanan diplomat di negara-negara yang sedang menghadapi tingkat kriminalitas tinggi. Peru sendiri saat ini tengah bergulat dengan meningkatnya angka kejahatan bersenjata.
Situasi Kriminalitas di Peru
Data terbaru menunjukkan bahwa Peru sedang mengalami lonjakan kasus kekerasan, terutama yang melibatkan senjata api. Dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir, ribuan kasus pembunuhan tercatat terjadi. Kondisi ini membuat masyarakat setempat semakin resah, sementara pemerintah Peru menghadapi tekanan untuk segera menekan angka kriminalitas.
Latar belakang inilah yang membuat penembakan terhadap staf KBRI semakin menyita perhatian. Jika seorang diplomat bisa menjadi korban di tengah kota, bagaimana dengan keamanan warga sipil lainnya? Pertanyaan ini menggema di ruang publik Peru maupun Indonesia.
Reaksi Pemerintah Indonesia
Menteri Luar Negeri Indonesia menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya Zetro. Kementerian juga berjanji akan mengawal penuh proses investigasi, sekaligus memperketat perlindungan terhadap staf diplomatik Indonesia di luar negeri.
Jenazah Zetro akan dipulangkan ke tanah air setelah proses otopsi dan administrasi selesai. Keluarga besar di Indonesia pun telah bersiap untuk menyambut kepulangan almarhum dalam suasana penuh duka.
Pernyataan resmi juga menegaskan bahwa Indonesia berharap kasus ini dapat diungkap dengan cepat, dan pelaku dihukum sesuai aturan hukum yang berlaku di Peru.
Komitmen Pemerintah Peru
Presiden Peru ikut angkat bicara terkait tragedi ini. Ia berjanji aparat keamanan akan bekerja keras untuk menemukan pelaku. Penembakan terhadap seorang diplomat asing jelas mencoreng citra keamanan negara tersebut di mata dunia internasional.
Selain itu, pemerintah Peru menyatakan akan memperkuat kerja sama keamanan dengan perwakilan diplomatik negara lain. Langkah ini diambil untuk memastikan kasus serupa tidak terulang di masa depan.
Dampak Diplomatik
Kasus ini tidak hanya menyisakan luka bagi keluarga korban, tetapi juga berpotensi memengaruhi hubungan diplomatik antara Indonesia dan Peru. Meski kedua negara masih menunjukkan sikap saling menghormati, tekanan publik agar kasus segera terungkap bisa menimbulkan dinamika baru dalam hubungan bilateral.
Diplomat di berbagai negara juga ikut menyoroti insiden ini. Mereka menilai perlindungan terhadap staf kedutaan harus menjadi prioritas utama. Jika tidak, tugas diplomatik yang seharusnya berjalan aman dapat berubah menjadi penuh ancaman.
Sisi Pribadi Zetro Leonardo Purba
Bagi rekan kerja dan kerabat, Zetro bukan hanya seorang staf KBRI. Ia dikenal sebagai sosok pekerja keras, ramah, dan berdedikasi tinggi. Aktivitas bersepeda menjadi salah satu hobinya untuk menjaga kesehatan dan melepas penat.
Tragisnya, hobi itu justru menjadi momen terakhir dalam hidupnya. Kehilangan Zetro meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, dan rekan kerja di lingkungan diplomatik. Kisah hidupnya kini menjadi pengingat tentang rapuhnya keamanan, bahkan bagi mereka yang menjalankan misi kenegaraan.
Mengapa Dunia Perlu Waspada?
Insiden ini menyoroti tiga hal penting:
- Keamanan diplomat belum sepenuhnya terjamin
Banyak diplomat bekerja di negara dengan risiko tinggi, namun perlindungan tidak selalu memadai. - Kejahatan terorganisir makin mengkhawatirkan
Dugaan pembunuhan kontrak menunjukkan adanya jaringan kriminal yang mampu mengeksekusi target dengan cepat. - Efek domino terhadap diplomasi global
Jika kasus ini tidak segera terpecahkan, kepercayaan publik internasional terhadap keamanan di Peru bisa merosot, dan hubungan diplomatik dengan banyak negara terpengaruh.
Harapan dari Tragedi
Dari tragedi ini, ada harapan agar dunia lebih serius dalam membahas keamanan staf diplomatik. Bukan hanya soal perlindungan fisik, tetapi juga kebijakan yang memastikan mereka bisa bekerja tanpa rasa takut.
Indonesia sendiri diyakini akan memperketat prosedur keamanan untuk staf KBRI di berbagai negara. Bagi keluarga korban, dukungan moral dan materi menjadi langkah awal yang bisa sedikit mengurangi rasa kehilangan.