Aksi Heroik Nelayan Gangga: Selamatkan 369 Penumpang Kapal Terbakar
Likupang Barat, Sulawesi Utara — Malam Minggu yang seharusnya tenang di Desa Gangga Satu mendadak berubah menjadi momen menegangkan. Sekitar pukul 20.00 WITA, warga desa pesisir ini menerima kabar mengagetkan: kapal penumpang KM Barcelona V terbakar di perairan Talise. Tanpa pikir panjang, para nelayan langsung bergegas ke laut untuk menolong para penumpang yang terapung dalam kegelapan malam.
Dalam hitungan menit, sekitar 20 perahu nelayan diterjunkan. Mereka bermodalkan lampu senter, naluri, dan semangat gotong royong. Dari gelombang laut yang beriak dan jarak pandang yang terbatas, satu per satu penumpang berhasil diselamatkan.
Malam Gelap, Harapan Terang
Kapal KM Barcelona V saat itu sedang berlayar dari Kepulauan Talaud menuju Manado. Di tengah perjalanan, kobaran api mulai terlihat dari bagian belakang kapal. Banyak penumpang panik, sebagian langsung terjun ke laut untuk menghindari asap dan panas.
Nelayan Desa Gangga Satu yang tinggal tak jauh dari lokasi kejadian langsung bertindak. Dengan perahu kayu berukuran kecil, mereka menyisir area kebakaran untuk mencari korban yang selamat.
Seorang warga, Jenly Kadimateng, yang juga pegawai kecamatan, menceritakan bahwa dalam waktu singkat, ratusan penumpang sudah berada di laut, mengapung sambil berteriak minta tolong. “Kami langsung tarik satu-satu naik ke perahu,” katanya. Beberapa penumpang bahkan harus diangkat karena kelelahan dan luka bakar ringan.
Lebih dari Sekadar Penyelamatan
Tidak hanya mengangkut penumpang ke daratan, warga juga mencatat semua nama korban yang diselamatkan. Data yang terkumpul di Desa Gangga Satu menunjukkan ada 369 penumpang yang berhasil dievakuasi oleh masyarakat. Angka ini belum termasuk dari desa-desa lain yang juga turut membantu.
Aksi ini menunjukkan betapa pentingnya peran masyarakat lokal dalam penanggulangan bencana laut. Dengan keterbatasan peralatan dan tanpa pelatihan formal, mereka mampu menyelamatkan ratusan nyawa.
Tiga Nyawa Tak Tertolong
Dari laporan warga, terdapat tiga korban jiwa. Dua perempuan dan satu laki-laki ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa. Salah satu dari mereka bahkan tidak diketahui identitasnya. Ini menjadi pengingat bahwa meskipun banyak yang selamat, tragedi tetap menyisakan duka.
Kontroversi Jumlah Penumpang
Ada hal menarik dalam insiden ini. Kapten kapal sempat mengklaim bahwa jumlah penumpang hanya sekitar 200 orang. Namun data yang dikumpulkan warga menunjukkan lebih dari 360 orang telah diselamatkan hanya dari satu desa.
Dugaan pun mencuat bahwa kapal memuat lebih banyak penumpang dari yang tercatat di manifes. Jika ini benar, maka KM Barcelona V telah melakukan pelanggaran serius terkait keselamatan dan standar operasional pelayaran.
Pertaruhan Nyawa Demi Kemanusiaan
Bayangkan, perahu kecil yang biasanya digunakan untuk mencari ikan harus mengangkut belasan hingga puluhan penumpang dalam satu kali perjalanan. Tidak sedikit nelayan yang bolak-balik ke lokasi kebakaran karena kapasitas perahu terbatas.
Salah satu nelayan bahkan mengaku kelelahan hebat karena harus mendayung manual saat mesin perahunya mati. Tapi semangat untuk menyelamatkan tetap membara. “Kami tidak pikirkan nyawa sendiri, yang penting orang-orang ini selamat,” ujar salah satu warga yang enggan disebut namanya.
Nilai Gotong Royong yang Masih Hidup
Apa yang dilakukan oleh masyarakat Gangga membuktikan bahwa nilai gotong royong masih hidup dan kuat di daerah-daerah pesisir Indonesia. Tanpa koordinasi formal, tanpa perintah dari otoritas, masyarakat langsung bergerak berdasarkan naluri kemanusiaan.
Banyak dari mereka tidak mengenal siapa penumpang yang ditolong. Tapi dalam situasi genting, mereka melihat semua korban sebagai saudara.
Minim Dukungan, Tetap Bergerak
Setelah para korban berhasil dievakuasi ke daratan, mereka diberikan makanan dan pakaian seadanya oleh warga. Beberapa rumah bahkan dijadikan tempat pengungsian darurat. Pemerintah baru datang keesokan harinya.
Meski tanpa dukungan langsung dari aparat, warga tetap berinisiatif melakukan pendataan, memberikan pertolongan pertama, dan menjaga agar korban tetap tenang.
Apa yang Bisa Dipelajari?
Insiden KM Barcelona V mengajarkan banyak hal, baik dari sisi kemanusiaan maupun regulasi.
1. Pentingnya Data Penumpang Akurat
Manifes yang tidak sesuai bisa menyulitkan pencarian korban dan pemberian bantuan.
2. Peran Masyarakat Lokal
Nelayan dan warga pesisir bisa menjadi garda terdepan dalam penyelamatan jika diberi pelatihan dasar SAR.
3. Kesiapsiagaan Darurat
Pemerintah daerah perlu membangun sistem tanggap darurat berbasis komunitas di wilayah-wilayah rawan pelayaran.
4. Audit Kapal Berkala
Harus ada pengawasan rutin terhadap armada laut, termasuk kapasitas dan alat keselamatan.
Kisah-Kisah yang Menyentuh
Di balik angka, tersimpan banyak kisah mengharukan. Seorang ibu menyusui ditemukan memeluk erat bayinya yang menangis di atas pelampung. Seorang anak kecil terpisah dari orang tuanya dan berhasil dipertemukan kembali di darat. Ada pula seorang pria yang berenang selama hampir satu jam sebelum akhirnya ditarik ke perahu nelayan.
Warga menyambut mereka seperti keluarga. Air mata haru dan pelukan mewarnai malam panjang di Desa Gangga.
Momen yang Tak Akan Dilupakan
Bagi warga Desa Gangga Satu, malam itu akan terus dikenang sepanjang hidup. Bukan hanya karena peristiwa besar yang terjadi, tapi karena mereka menjadi bagian dari penyelamatan luar biasa yang mungkin takkan pernah mereka ulangi seumur hidup.
Mereka bukan relawan terlatih, bukan bagian dari lembaga resmi. Tapi tindakan mereka jauh melampaui ekspektasi.
Mereka Layak Dikenang
Indonesia sering kali terjebak dalam kisah-kisah tentang kesalahan dan kelalaian. Tapi dalam kisah ini, yang menonjol justru keberanian dan kepedulian.
Nelayan yang biasa memancing di laut tiba-tiba menjadi penyelamat nyawa. Mereka layak dihargai, didengar, dan dikenang.