Langkah militer Iran kembali menarik perhatian dunia setelah angkatan laut negara itu menembakkan sejumlah rudal ke arah Samudra Hindia. Latihan yang diberi nama “Sustainable Power 1404” ini berlangsung pada pekan ketiga Agustus 2025 dan menjadi sorotan internasional.
Peristiwa tersebut bukan sekadar uji coba senjata. Bagi banyak pengamat, aksi ini menjadi sinyal politik bahwa Iran ingin menunjukkan kemandirian sekaligus daya tangkalnya terhadap ancaman eksternal. Tak heran, kabar tersebut segera menyebar ke media global dan memicu berbagai spekulasi tentang arah kebijakan militer Negeri Para Mullah.
Latar Belakang Ketegangan
Beberapa bulan terakhir, kawasan Timur Tengah kembali diliputi ketegangan. Konflik singkat antara Iran dan Israel yang pecah pada Juni lalu meninggalkan luka mendalam, baik secara politik maupun militer. Infrastruktur pertahanan Iran sempat dihantam, sementara Israel mengklaim berhasil menekan kapasitas ofensif lawannya.
Namun, latihan rudal terbaru ini justru mengirim pesan sebaliknya. Iran ingin memperlihatkan bahwa mereka masih mampu mengembangkan teknologi persenjataan, termasuk sistem rudal anti-kapal, drone kamikaze, hingga senjata jarak menengah.
Apa Itu Latihan “Sustainable Power 1404”?
Latihan ini melibatkan beragam armada, mulai dari kapal perang, kapal selam, hingga unit udara tanpa awak. Lokasinya dipilih di kawasan Samudra Hindia utara dan Teluk Oman, dua jalur laut internasional yang sangat strategis.
Tujuan latihan ini disebut untuk meningkatkan kesiapan tempur, memperkuat koordinasi antar unit, serta menguji kemampuan sistem komando dan kendali di medan perang modern. Selain itu, Iran juga menekankan aspek pertahanan siber dan peperangan elektronik, yang kini menjadi faktor penting dalam konflik militer kontemporer.
Jenis Rudal yang Diuji
Dalam latihan tersebut, Iran meluncurkan beberapa jenis rudal, antara lain:
- Nasir: rudal jarak pendek yang efektif untuk menarget kapal permukaan.
- Qadir: rudal dengan jangkauan lebih panjang, digunakan sebagai pengendali laut jarak jauh.
- Qader: rudal anti-kapal yang mampu ditembakkan dari berbagai platform, termasuk sistem darat dan kapal selam.
Selain rudal, drone “Bavar-5” juga ikut diuji. Drone ini berperan sebagai senjata kamikaze, yang dirancang untuk menghantam target secara langsung dengan muatan eksplosif.
Pesan Politik di Balik Latihan
Meski disebut sebagai latihan rutin, banyak pihak melihatnya sebagai pesan politik. Iran ingin menunjukkan pada dunia, terutama kepada lawan-lawannya, bahwa mereka tetap punya kemampuan ofensif meski baru saja mengalami serangan.
Pesan tersebut ditujukan ke beberapa pihak:
- Israel, yang masih menjadi rival utama Iran di kawasan.
- Amerika Serikat, dengan kehadiran armada lautnya di sekitar Teluk Persia.
- Negara tetangga, agar menyadari bahwa Iran masih punya kekuatan pengaruh di jalur maritim strategis.
Dampak Terhadap Kawasan
Samudra Hindia dan Teluk Oman bukan sekadar lautan luas. Wilayah ini adalah jalur vital perdagangan minyak dunia. Lebih dari 20 persen kebutuhan energi global melewati kawasan tersebut.
Dengan menggelar latihan militer di sana, Iran seakan ingin mengingatkan bahwa stabilitas jalur perdagangan bisa terganggu kapan saja bila ketegangan meningkat. Hal ini tentu membuat negara-negara pengguna jalur pelayaran menjadi waspada.
Respons Dunia Internasional
Sejumlah negara langsung memantau perkembangan. Meski tidak ada pernyataan resmi keras, banyak yang menilai latihan ini bisa memicu kembali eskalasi. Amerika Serikat dikabarkan meningkatkan patroli lautnya, sementara beberapa analis menyebut latihan tersebut sebagai bentuk “unjuk gigi” setelah konflik singkat di awal tahun.
Bagi negara-negara Eropa, latihan ini menambah kompleksitas diplomasi yang sedang berjalan. Iran sebelumnya sempat membatasi akses Badan Energi Atom Internasional, sehingga menimbulkan kecurigaan akan agenda nuklir yang masih samar.
Analisis: Simbol atau Kekuatan Nyata?
Pertanyaan yang muncul kemudian: apakah latihan ini benar-benar mencerminkan kekuatan militer Iran, atau sekadar simbol politik?
Beberapa pakar menilai bahwa meski persenjataan Iran cukup modern, kemampuan koordinasi dan logistik mereka masih terbatas. Serangan sebelumnya sudah melemahkan sebagian sistem pertahanan. Namun, bukan berarti Iran kehilangan daya. Latihan seperti ini bisa memulihkan kepercayaan internal sekaligus mengirimkan pesan eksternal.
Teknologi Rudal Iran di Mata Dunia
Iran selama ini dikenal mengembangkan senjata dengan cara mandiri, terutama setelah menghadapi embargo internasional. Rudal yang dipamerkan kali ini adalah hasil pengembangan bertahun-tahun. Dengan kemampuan menyerang target laut jarak ratusan kilometer, senjata tersebut jelas menjadi faktor penting dalam perimbangan kekuatan kawasan.
Meski begitu, teknologi rudal Iran belum bisa disamakan dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, atau Tiongkok. Namun, di kawasan Timur Tengah, kemampuan ini cukup untuk membuat lawan berpikir dua kali sebelum bertindak.
Konsekuensi bagi Stabilitas Global
Setiap kali Iran melakukan uji coba rudal, harga minyak dunia biasanya terpengaruh. Investor global melihat potensi gangguan terhadap jalur energi. Jika ketegangan terus meningkat, maka bukan hanya kawasan Timur Tengah yang terpengaruh, melainkan juga pasar dunia secara keseluruhan.
Selain itu, latihan di Samudra Hindia memiliki pesan tersendiri. Wilayah ini menjadi penghubung Asia, Afrika, dan Eropa, sehingga stabilitasnya penting bagi perdagangan internasional.
Bagaimana Selanjutnya?
Langkah Iran diperkirakan tidak akan berhenti pada latihan ini saja. Dengan kondisi geopolitik yang belum stabil, mereka akan terus mencari cara untuk memperkuat posisi. Bisa jadi, ke depan kita akan melihat lebih banyak uji coba rudal, manuver kapal selam, hingga peningkatan operasi drone di kawasan strategis.
Bagi negara-negara tetangga, hal ini menjadi dilema. Di satu sisi mereka membutuhkan hubungan ekonomi dengan Iran, di sisi lain mereka khawatir jika ketegangan meningkat bisa memicu konflik terbuka.