Mesin pesawat bermasalah, pendaratan darurat dilakukan di tengah Samudra Atlantik
Puluhan jam yang seharusnya jadi perjalanan lintas benua berubah menjadi drama tak terduga. Itulah yang terjadi pada penerbangan Delta Airlines nomor DL127 yang berangkat dari Madrid menuju New York pada Minggu, 6 Juli 2025. Pesawat jenis Airbus A330-300 itu harus melakukan pendaratan darurat setelah mengalami masalah pada salah satu mesin, dan mendarat di pulau terpencil di tengah Samudra Atlantik.
Total 282 penumpang dan 13 awak kabin menjadi saksi langsung bagaimana sebuah penerbangan komersial berubah menjadi perjalanan penuh ketegangan, kepanikan, dan penantian panjang di tempat yang bahkan sebagian besar orang belum pernah dengar: Pulau Terceira, bagian dari Kepulauan Azores milik Portugal.
Masalah Mesin yang Tak Terduga
Kejadian bermula ketika pesawat sudah mengudara selama kurang lebih empat jam. Beberapa penumpang mencium aroma seperti benda terbakar. Tak lama setelah itu, terdengar bunyi aneh dari bagian mesin kiri pesawat. Kru kabin segera memberi tahu penumpang untuk tetap duduk dan menggunakan sabuk pengaman.
Pilot kemudian memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat demi keamanan. Lokasi terdekat yang memungkinkan adalah Bandara Lajes, yang sebenarnya merupakan bandara militer, namun dapat digunakan dalam situasi darurat.
Dalam kondisi satu mesin mati, pesawat berhasil mendarat dengan aman. Namun, tantangan justru baru dimulai setelah ban pesawat menyentuh landasan.
Bandara Militer dan Pulau Terpencil
Pulau Terceira bukanlah destinasi wisata populer maupun lokasi transit penerbangan internasional. Bandara Lajes, meski memiliki fasilitas bandara, sebenarnya lebih sering digunakan untuk keperluan militer dan sangat terbatas dalam menangani jumlah besar penumpang komersial.
Setibanya di sana, para penumpang sempat bingung karena tidak banyak informasi yang bisa didapat. Beberapa penumpang bahkan sempat mengunggah cerita mereka ke media sosial, yang kemudian viral dan memancing perhatian media internasional.
“Saya pikir kami akan mendarat di kota besar. Ternyata kami dibawa ke pulau terpencil yang bahkan tidak ada di daftar destinasi wisata,” tulis salah satu penumpang di akun X miliknya.
Menunggu Bantuan dari Jarak Jauh
Satu hal yang paling menguji kesabaran adalah waktu. Penumpang tidak langsung dipindahkan ke penerbangan lain, karena bandara tersebut tidak memiliki pesawat pengganti yang siap.
Delta Airlines pun harus mengirimkan pesawat penyelamat dari hub utamanya di New York (JFK). Proses ini membutuhkan waktu yang cukup panjang, ditambah lagi dengan peraturan internasional mengenai waktu istirahat kru penerbangan.
Penumpang akhirnya harus menunggu selama hampir 29 jam, bermalam di hotel-hotel sekitar pulau. Selama masa menunggu, pihak maskapai berupaya memberikan akomodasi dan makanan, namun tidak sedikit dari penumpang yang merasa situasi ini sangat melelahkan secara fisik dan mental.
Respon Maskapai Delta
Pihak Delta Airlines mengonfirmasi bahwa masalah teknis memang terjadi, dan pendaratan darurat adalah langkah yang wajib dilakukan demi keselamatan seluruh penumpang.
“Kami meminta maaf kepada seluruh pelanggan atas keterlambatan yang signifikan ini. Keselamatan adalah prioritas utama kami. Kami akan memastikan seluruh pelanggan mendapatkan kompensasi yang layak,” tulis juru bicara Delta dalam pernyataan resminya.
Delta juga menyampaikan bahwa pesawat yang digunakan, Airbus A330-300, memang sudah berusia 21 tahun, namun masih layak terbang dan menjalani pemeriksaan rutin.
Evakuasi dan Penerbangan Pengganti
Pesawat pengganti akhirnya tiba dari New York sekitar Senin dini hari waktu setempat. Setelah penumpang kembali naik ke pesawat, mereka diterbangkan ke destinasi tujuan awal: Bandara Internasional JFK, New York.
Penerbangan ini tiba sekitar pukul 22.22 waktu New York. Jika dihitung dari jadwal keberangkatan awal hingga tiba di tujuan, total waktu tempuh menjadi lebih dari 31 jam.
“Ini pengalaman paling melelahkan yang pernah saya alami. Tapi untungnya kami semua selamat dan tidak ada insiden serius,” ujar salah satu penumpang setibanya di New York.
Tidak Sendiri, Delta Pernah Alami Kasus Serupa
Insiden ini bukan satu-satunya yang menimpa Delta Airlines di tahun 2025. Sebelumnya, salah satu penumpang terkenal, Emma Slater, juga sempat mengeluhkan pengalaman tidak menyenangkan dalam penerbangan Delta.
Ia menyebut pesawat yang ia tumpangi terpaksa kembali ke bandara asal setelah mengudara, karena sistem pendingin udara mati. Penumpang mengalami kepanasan berlebih dan banyak yang hampir pingsan.
Rangkaian insiden ini tentu menjadi tantangan bagi Delta, yang selama ini dikenal sebagai salah satu maskapai besar dan terpercaya di Amerika Serikat.
Mengapa Pesawat Tidak Langsung Dialihkan ke Bandara Besar?
Pertanyaan ini banyak muncul dari publik: mengapa pesawat tidak diarahkan ke bandara besar seperti Lisbon atau London?
Jawabannya cukup sederhana: dalam kondisi darurat, prioritas utama adalah keamanan dan kedekatan lokasi. Menempuh perjalanan lebih jauh dengan mesin bermasalah tentu sangat berisiko. Karena itu, pilihan paling logis adalah mendarat di bandara terdekat meski dengan fasilitas terbatas.
Bandara Lajes, meskipun bukan komersial, tetap memenuhi standar keselamatan untuk pendaratan darurat dan bisa digunakan dalam situasi seperti ini.
Pelajaran yang Bisa Diambil
Kasus ini membuka mata banyak pihak soal bagaimana prosedur darurat dalam dunia penerbangan bekerja. Di balik drama yang tampak di permukaan, sebenarnya ada serangkaian langkah profesional yang dijalankan pilot dan kru untuk menjamin keselamatan penumpang.
Berikut pelajaran penting dari insiden ini:
- Kesiapan pilot dan kru sangat penting dalam menentukan hasil akhir.
- Tidak semua pendaratan darurat berarti kecelakaan—justru sebaliknya, ini bentuk antisipasi yang berhasil.
- Kesabaran dan komunikasi dua arah antara maskapai dan penumpang sangat membantu proses evakuasi.
- Maskapai perlu transparansi dan tanggap terhadap kondisi psikologis penumpang yang mengalami trauma.
Apa yang Harus Dilakukan Penumpang Saat Mengalami Kejadian Serupa?
Bagi penumpang yang mengalami kondisi serupa di masa depan, ada beberapa hal penting yang bisa dilakukan:
- Tetap tenang dan dengarkan instruksi kru.
- Pastikan membawa barang-barang penting di tas kabin, termasuk dokumen dan obat-obatan.
- Gunakan asuransi perjalanan yang mencakup delay dan pendaratan darurat.
- Manfaatkan hak sebagai konsumen, seperti kompensasi dan voucher.
- Dokumentasikan kejadian dengan bijak, bukan untuk menyebar panik, tapi membantu proses penanganan.